Senin, 07 Oktober 2013

MAKNA LOGO KOTA KENDARI



MAKNA LOGO KOTA KENDARI 
Logo Kota Kendari berbentuk perisai segilima samasisi (yang menyelimuti seluruh unsur logo) yang bermakna bahwa pemerintah daerah dan masyarakatnya dalam menyelenggarakan pembangunan dijiwai dan bernapaskan asas Pancasila.

Dalam logo tersebut terdapat simbol-simbol :
1. GONG
Gong melambangkan sejarah masa lalu yang bermakna kekeluargaan dan kegotong-royongan. Bahwa pemerintah dan rakyat selalu seirama dalam menentukan gagasan kebutuhan hidup masyarakat.
2. PILAR
Pilar melambangkan masa kini/zaman pembangunan yang bermakna kekuatan hidup, kemasyarakatan melalui pembangunan dalam segala aspeknya.
Tangga berteras enam yang menggambarkan nomor undang-undang pembentukan Kota Kendari yaitu tahun 1995 nomor 6.
Tiang pilar bagian luar bergerigi sembilan dan dalamnya bergerigi lima yang menggambarkan tahun pembentukan Kota Kendari yaitu tahun 1995.
3. KUBAH
Kubah melambangkan kebudayaan daerah yang bermakna kejayaan yang gilang-gemilang bagi warga masyarakat.
4. KALOSARA
Kalosara melambangkan kebudayaan daerah yang bermakna kejayaan masyarakat Kotamadya Kendari dijiwai oleh kesatuan dan persatuan.
5. BINTANG
Bintang melambangkan keimanan dan ketaqwaan serta wawasan keilmuan bagi masyarakat yang menjiwai dan memberi semangat bagi segala gerak masyarakat dalam kehidupan yang jaya itu.
6. PADI DAN KAPAS
Padi dan Kapas melambangkan kemakmuran dan kesejahteraan yang bermakna cukup makan, cukup sandang, cukup papan sebagai manifestasi potensi alam yang kaya diaktualisasikan melalui kerja keras dan penggunaan ilmu dan teknologi.


Dalam logo juga terdapat warna-warna yang melambangkan  sebagai berikut:

a. Biru Laut

Warna biru laut (warna dasar logo) menggambarkan suasana kesejukan dan ketentraman serta pandangan yang jauh kedepan.
b. Hitam
Warna hitam pada gong menggambarkan suasana kehidupan yang mantap dan stabil tidak goyah.
c. Putih
Warna putih pada pilar-pilar menggambarkan bahwa pembangunan yang kini dilancarkan berdasar pada pandangan kesucian, kemurnian dan keadilan sebagai tuntutan kehidupan yang didasari oleh ajaran-ajaran agama.
d. Kuning Emas
Warna kuning emas pada kubah maupun bintang menggambarkan kekuasaan, kejayaan, keindahan dan keharuman yang menyelimuti kehidupan masyarakat yang merupakan tujuan akhir dari kehidupan manusia di bumi ini.
e. Kuning-Putih-Hijau
Warna kuning-putih-hijau pada padi dan kapas bermakna bahwa suasana kehidupan yang makmur dan sejahtera senantiasa diliputi oleh suasana kehidupan yang lestari, tumbuh berkembang dan berkesinambungan.
f. Merah
Warna merah pada tulisan Kota Kendari melambangkan semangat keberanian yang menggelora pemerintah dan masyarakat dalam membangun segala aspek kehidupan masyarakat Kota Kendari.

Sabtu, 05 Oktober 2013

BENTENG KRATON BUTON



Benteng sepanjang dua ribu tujuh ratus empat puluh meter ini. Benteng ini dibangun dalam kurun waktu lima puluh tahun, melampaui tiga masa sultan yang berbeda.Benteng yang berbentuk huruf 'dal' dalam aksara Arab ini, disusun dari batu kapur dan pasir. Benteng ini dilengkapi dua belas pintu masuk dan enam belas kubu pertahanan. Banyaknya meriam yang ditempatkan di tiap sisi benteng, menunjukkan masa Kesultanan Buton tidaklah mudah. Ada musuh, ada tamu asing, dan juga ada kerajaan tetangga, yang setiap saat datang sebagai lawan.

Disisi tebing yang merupakan pembatas benteng bagian belakang, terdapat sebuah ceruk. Letaknya tepat di bawah tanah keraton. Gua ini yang perna ditempati persembunyian Arupalaka, Raja Bone, saat melarikan diri dari kejaran tentara Sultan Hasanudin dari Kerajaan Gowa. Berkat sumpah Sultan Buton yang menyatakan Arupalaka tidak berada di atas tanah Buton, maka selamatlah Raja Bone itu. 



Di kota kecil  komplek Kesultanan Buton berada. Terletak di puncak bukit dan menghadap ke Selat Buton.  Wajah kemegahannya masih terasa nyata dan indah sampai sekarang.
Dari arah laut, tiang bendera setinggi dua puluh satu meter tanda pertama yang akan terlihat dari kapal-kapal transit yang datang. Tiang megah ini terbuat dari kayu jati, ini didirikan tahun 1712 tepat dihalaman depan benteng samping mesjid agung kraton. ini merupakan isyarat, anda sedang memasuki wilayah kota raja. Di tiang ini juga pernah dikibarkan bendera kerajaan Belanda, Jepang sebelum akhirnya dikibarkan sang merah putih.


DAFTAR KERAJAAN DAN SULTAN BUTON SULTRA


Rumah Adat Buton

Raja-raja Buton:
1. Raja Putri Wa Kaa Kaa
2. Raja Putri Bulawambona
3. Raja Bataraguru
4. Raja Tuarade
5. Raja Mulae
6. Raja Murhum

Sultan-sultan Buton:
1. Sultan Murhum (1491-1537 M)
2. Sultan La Tumparasi (1545-1552)
3. Sultan La Sangaji (1566-1570 M)
4. Sultan La Elangi (1578-1615 M)
5. Sultan La Balawo (1617-1619)
6. Sultan La Buke (1632-1645)
7. Sultan La Saparagau (1645-1646 M)
8. Sultan La Cila (1647-1654 M)
9. Sultan La Awu (1654-1664 M)
10. Sultan La Simbata (1664-1669 M)
11. Sultan La Tangkaraja (1669-1680 M)
12. Sultan La Tumpamana (1680-1689 M)
13. Sultan La Umati (1689-1697 M)
14. Sultan La Dini (1697-1702 M)
15. Sultan La Rabaenga (1702 M)
16. Sultan La Sadaha (1702-1709 M)
17. Sultan La Ibi (1709-1711 M)
18. Sultan La Tumparasi (1711-1712M)
19. Sultan Langkariri (1712-1750 M)
20. Sultan La Karambau (1750-1752 M)
21. Sultan Hamim (1752-1759 M)
22. Sultan La Seha (1759-1760 M)
23. Sultan La Karambau (1760-1763 M)
24. Sultan La Jampi (1763-1788 M)
25. Sultan La Masalalamu (1788-1791 M)
26. Sultan La Kopuru (1791-1799 M)
27. Sultan La Badaru (1799-1823 M)
28. Sultan La Dani (1823-1824 M)
29. Sultan Muh. Idrus (1824-1851 M)
30. Sultan Muh. Isa (1851-1861 M)
31. Sultan Muh. Salihi (1871-1886 M)
32. Sultan Muh. Umar (1886-1906 M)
33. Sultan Muh. Asikin (1906-1911 M)
34. Sultan Muh. Husain (1914 M)
35. Sultan Muh. Ali (1918-1921 M)
36. Sultan Muh. Saifu (1922-1924 M)
37. Sultan Muh. Hamidi (1928-1937 M)
38. Sultan Muh. Falihi (1937-1960 M).